I’m Back…

“Anak hilang itu telah kembali,” komentar coach Valas ketika menemukan nama saya  bergabung ke wag JSJS bersama Valas. Yes, I’m back. Dan JSJS saya anggap sebagai  salah satu ‘jalan pulang’ setelah selama hampir 1 tahun pandemic dalam kegalauan.  Iya,  galau  menyesuaikan hidup yang mengalami banyak perubahan dan  galau harus menata ulang  prioritas-prioritas hidup di tengah situasi yang membingungkan dan mungkin juga tak sesuai harapan.   

I’m back and enjoy GBK

Special thanks to special persons

“Tuhan tidak akan memberimu sebuah keluarga jika tidak berpikir kamu membutuhkannya.”

Di hari yang spesial ini saya ingin bercerita sedikit tentang orang-orang istimewa yang hadir, mengantar dan menemani perjalanan hidup saya hingga di titik ini. Mereka yang turut membentuk dan mewarnai kehidupan saya, menjadikan seorang Ventura Elisawati (VE atau Lisa) menjadi seperti sekarang ini. Tuhan yang menghadirkan mereka dalam hidup saya, dan menjadi bagian journey saya di dunia.

Bapak, Ibu dan saya

5 Hal Mendasar dalam Pernikahan.

Sabtu, 5 Desember, 2020. Seperti biasa, saat  cuaca bagus, akhir pekan adalah  jadual kami lari pagi di kawasan Bintaro. Dari rumah, parkir mobil di pasmod Bintaro, lalu kami lari ke arah Graha Raya, melewati Kebayoran Village, Emerald. Kami mulai menyukai rute  ini, bolak balik bisa 10 km, jalur untuk larinya lumayan, walau yang melintas di situ  cukup beragam.

Hari ini, kami berdua start dari pasmod jam 6.45, lari santai (memang biasanya begitu), menyusuri trek jogging yang tersedia. Banyak pegowes melintas, baik yang komunitas maupun rombongan keluarga. Udara sejuk agak mendung, membuat ritme lari menjadi lebih enak. Saya nyaris hafal landmark yang kami lewati: BCA, Kebayoran Village, melewati fly over, Fresh Market Emerald,  Gramedia, setelah KFC kemudian kawasan kosong, sampai  di seberang  Burger King kami berhenti. Rehat beberapa menit, sebelum balik menuju pasmod.  

Kembali melewati jalur yang sama, lho, setelah melewati gerbang Kebayoran Village, di ruko sebelah kanan, saya lihat toko Soes Surgawi dan tertulis open. Naluri seorang ibu yang kemudian  mengajak  mampir, sementara  suami sudah lari di depan.  Sudah agak lama saya penasaran dengan kues soes ini, namun belum berkesempatan mencicipinya. Gercep (gerak cepat), saya pesan 10, tapi mbak kasir merayu: 12 sekalian aja bu, biar pas kotaknya. Kue soesnya lumayan montok, jadilah 2 box soes dalam 1 goody bag warna biru muda. Eh ternyata kok  berat juga.

Alhasil sisa jarak 1,5 km menuju ke parkiran pasmod  saya  terpaksa  jalan kaki saja sambil menenteng tas soes. Tapi, baru sekitar 300 meter,  tali tas nya copot, dan tak  mungkin dicantolin lagi. Mau balik ke tokonya malas. Jadilah:  dari nenteng, berganti jadi menggendong tas soes. Apa boleh buat, ini resiko sebuah keputusan spontan.

Sembari jalan, membopong tas soes, saya sempat berefleksi. Pagi ini, kala  berlari sudah lumayan jauh, semua baik-baik saja, tiba-tiba ada insiden, tali tas lepas dan saya terpaksa harus menggendong bawaan tersebut. Dan butuh tangan yang kuat & energi yang cukup untuk membawanya sampai di tujuan.   Situasi ini seperti sebuah pernikahan. Di awal pernikahan, kita tentu berharap semuanya akan  happy forever dan happy ending. Tapi pernikahan adalah sebuah perjalanan panjang, yang kita tidak tahu apa yang bakal terjadi di dalamnya.

Ada banyak insiden (besar atau kecil) di dalam perjalanan sebuah pernikahan. Jika itu tidak dikelola dengan hati-hati bisa saja harus berakhir dengan: cukup sampai di sini saja.  Bagaimana kita bisa sampai di garis finish dengan aman dan bahagia, itu juga jadi pertanyaan saya. Setidaknya dari pengalaman 32 tahun berjalan bersama:  berbekal  beragam perbedaan termasuk yang paling fundamental (beda keyakinan), melewati suka dan duka, menikmati  pertengkaran-pertengkaran konyol seperti ketika ia mengoreksi cara saya goreng kerupuk. Hiks.

Menurut saya, sebuah pernikahan, persatuan  2 orang mahluk Tuhan, memerlukan beberapa hal penting sebagai fondasi :

  1. Kesehatan fisik dan mental.
  2. Respek dan komitmen
  3. Keterbukaan (termasuk soal keuangan).
  4. Cinta kasih
  5. Saling mendoakan.

Hari ini, tepat 32 tahun kami menikah. Sebuah pernikahan ala coboy kata om Sudibyo Markus. Hingga saat ini, kami juga masih terus berupaya mewujudkan 5 hal penting tersebut di atas. Puji Tuhan, makin ke sini, perbedaan mendasar kami (keyakinan) justru menjadi penyangga dalam merawat kebersamaan kami, apalagi di masa pandemi ini. Kami saling mengingatkan untuk menjalankan ibadah, dan kami juga saling mendoakan dengan cara kami masing-masing.

Dan sepotong puisi Khalil Gibran, menjadi salah satu inspirasi kami: “Berpasangan engkau telah diciptakan, dan selamanya engkau akan berpasangan, bersamalah engkau tatkala sang maut merenggut umurmu, bahkan bersama pula kalian dalam ingatan sunyi Tuhan. Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu, tempat angin surga menari-nari di antaramu,”   

Waktu Tuhan. Kapan?

Kapan sih pandemi covid-19 ini berakhir?  Kira-kira itulah pertanyaan yang sering dilontarkan banyak orang di dunia, tak terkecuali saya. Ketika saya bertanya ke anak-anak saya, apa hal yang paling dia inginkan saat ini, yang kecil menjawab: ingin bisa  beraktifitas secara leluasa di luar rumah. Sang kakak  sudah rindu  ke sekolah,  bertemu teman-temannya,  juga ingin bisa kembali membantu sebagai  relawan di klinik Lentera. Kita pun tentu juga  memiliki ‘wish list’  yang ingin dilakukan saat  pandemic berakhir..

Berkreasi, menggunakan talenta dari Tuhan

Kita semua sedang menanti pandemic covid 19 ini berakhir, agar kita semua bisa kembali menjalani berbagai aktifitas  dengan leluasa. Banyak  ahli: ahli matematika, statistik, biofisika memprediksi secara keilmuan tentang kapan pandemic covid-19 ini akan melandai, dan pada akhirnya 0 penambahan kasus.  Namun,  kapan tepatnya kita bisa kembali menjalankan aktifitas kita di luar rumah? Jawabnya: Belum tahu. 

Pengkhotbah 3:11 : berbunyi demikian: “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. … Allah juga telah memberikan kekekalan dalam hati mereka, tetapi manusia tidak dapat mengetahui pekerjaan yang telah Allah lakukan dari awal sampai akhir.”

Kita harus sabar menanti waktu Tuhan. Selanjutnya bagaimana sikap kita dalam menantikan waktu Tuhan tersebut? Di dalam Alkitab ada banyak cerita kesabaran dan ketekunan para nabi menanti waktu Tuhan. Pertama: Nuh harus menunggu 120 tahun ketika membangun bahtera kayu sebelum perkataan Tuhan terpenuhi.  Abraham perlu menanti  hingga tua sebelum akhirnya Sarah mengandung dan melahirkan Ishak. Umat Israel harus bersabar selama  100 tahun untuk dibebaskan dari Mesir. Rut harus menunggu dengan sabar sebelum Tuhan menyediakan Boas untuk dikawinkan dengannya, Daud harus menunggu 20 tahun sampai Saul meninggal dan Tuhan memberikan tempat bagi Daud sebagai raja.

Dalam Yesaya 40: 31  disebutkan tentang burung rajawali: “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”  

Burung rajawali mempunyai sayap yang lebar. Bahkan yang terlebar yang pernah diukur adalah selebar 2,5 meter. Burung rajawali juga dikenal dengan ketahanannya pada saat ia terbang. Walau di awal memerlukan energi cukup besar untuk mengepakkan sayap, tetapi  begitu dia terbang, dia hanya perlu  energi yang sangat kecil. Hasil penelitian menyatakan bahwa rajawali hanya memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk mengepakkan sayap dalam tiap jam waktu terbangnya. Rajawali dapat terbang lama tanpa perlu mengepakkan sayapnya.

Tidak hanya itu, rajawali dapat menempuh jarak rata-rata 75 hingga 125 mil. Jarak terjauh yang pernah ditempuh adalah 1100 mil. Itulah rahasia kekuatan burung rajawali yang naik terbang tinggi. Dia tidak akan pernah menjadi lelah karena dia tidak perlu menggunakan banyak energi untuk dapat terbang dalam waktu lama dan menempuh jarak yang jauh.

Ketika kita menghadapi  suatu masalah yang datang bertubi-tubi,  kita merasakan menurunnya kekuatan kita baik secara fisik maupun secara jiwa. Melemahnya kekuatan kita akan membuat kita semakin tidak berdaya dalam menghadapi masalah yang ada. Orang-orang yang tekun menanti-nantikan TUHAN,  mendapat kekuatan baru,  seperti rajawali  yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya,  berlari dan tidak menjadi lesu,  berjalan dan tidak menjadi lelah.  

Firman Tuhan mengajarkan kepada kita: kunci untuk mendapat kekuatan dalam menghadapi berbagai masalah:  dengan menanti-nantikan Tuhan. Menanti  Tuhan berarti: menyerahkan pengharapan kita dan mengarahkan mata hati kita kepada Tuhan, tekun  berdoa, membaca,  merenungkan Firman Tuhan,  taat kepada perintahNya dan tetap memegang teguh iman pengharapan kita kepada Kristus.

Waktu Tuhan pasti yang terbaik

Dengan menjaga persekutuan kita dengan Tuhan, kita akan berada dalam kondisi yang senantiasa menanti-nantikan Tuhan.  Masalah yang ada tidak boleh menghalangi kita untuk tetap datang beribadah kepadaNya. Kita harus tetap mengiring Yesus apapun yang sedang terjadi. Sebaliknya, ketika kita melepaskan pengharapan kita dari  Yesus,  kita akan semakin kehilangan kekuatan untuk dapat berjalan maju. Kekuatan fisik dan pikiran yang kita miliki tidaklah cukup untuk menghadapi semua beban. Kekuatan kita memiliki batas.

Saat kita datang pada Yesus dan senantiasa menantikan Dia, kita mempunyai harapan dan  mendapatkan kekuatan yang baru. Kekuatan yang Tuhan berikan akan memampukan kita untuk  bangkit berdiri menjalani apa yang ada di depan kita. Tuhan akan memberikan semangat, hikmat,  sukacita, pengharapan yang selalu baru, untuk  kita menjalani hidup.

Bagai rajawali yang tidak pernah lelah pada saat dia terbang, demikian juga halnya dengan kita yang menanti-nantikan Tuhan. Kita tidak akan pernah merasa lelah oleh karena Tuhan telah memberikan kita kekuatan yang baru. Yeremia 29:11 : Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan  apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera   dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan   yang penuh harapan.

Marilah kita tetap menanti-nantikan Tuhan, tetap menjaga persekutuan kita dengan Tuhan, selalu datang  kepada Tuhan, setiap saat, setiap waktu, jangan sampai terputus. Always connected with God. Dia akan memberi kekuatan baru bagi kita. Waktu Tuhan pasti yang terbaik, walau kadang tak mudah dimengerti. Lewati cobaan, ku tetap percaya, waktu Tuhan pasti yang terbaik.  Amin.

Menyempitnya Ruang Kemanusiaan

Menjadi moderator untuk sebuah diskusi buku kemanusiaan? Ah, tentu saja saya tidak  bisa menolak permintaan ini  dengan 2 alasan: topik dan penulisnya. Topik kemanusiaan adalah salah satu bidang yang saya minati. Penulisnya, mas Trihadi Saptoadi – atau sering disapa dengan Didit – adalah teman sekampung (di desa Pare, Kediri), kakak kelas ketika SMPN Pare, sesama jemaat GKI Pamulang, dan dia juga sahabat diskusi saya (tepatnya tempat saya banyak bertanya)  untuk banyak hal.

Continue reading “Menyempitnya Ruang Kemanusiaan”

Peduli Lingkungan

Bacaan: Ulangan 23:12-13

Suatu pagi, seorang tetangga mengeluh di whatsapp group, tentang hewan peliharaan warga komplek  (bukan satwa liar).  Setiap pagi atau sore, acapkali terlihat seorang bapak, atau  ibu membawa  jalan-jalan anjingnya. Biasanya ritual ini untuk memberi kesempatan pada hewan peliharaan tersebut buang kotoran.  Dan sudah pasti di sembarang tempat: dimana anjing itu suka dan berhenti, bisa di jalanan, bisa di depan rumah orang.  Setelah selesai buang kotoran, lalu berlalu begitu saja. Tentu saja  tindakan ini mengganggu lingkungan komplek, terutama lokasi terdampak. Continue reading “Peduli Lingkungan”

Sepatu Mangap di Trailrun Tahura 2020

Sepatu khusus  trekking ini saya beli pada Oktober 2015, sebulan sebelum saya berpetualang ke gunung Ijen Banyuwangi. Setelah itu hanya dipakai sesekali  (ke Waerebo, dan beberapa kali trekking ke daerah Sentul). Dan pengabdiannya harus berakhir setelah mengantarkan saya menuntaskan rute 10 km (di jam saya sih 11 km) Trailrun Tahura 2020 pada hari Minggu 19 Januari lalu. Suatu pengalaman pertama yang bakal tak terlupakan.  Thank you my shoes. Continue reading “Sepatu Mangap di Trailrun Tahura 2020”

Road to BoMar 2019 (1)

Setelah setahun lebih absen dari kegiatan lelarian, jelang penghujung 2019, saya memberanikan diri ikut race lagi. Tak tanggung-tanggung: Borobudur Marathon 2019, yang jadualnya 17 November 2019. Race yang kata banyak orang, tantangan nya lumayan berat, karena banyak tanjakannya.

Iya ceritanya di tahun 2019  saya membebaskan diri dari segala bentuk race. Banyak sih alasannya. Awalnya karena plantar kaki sakit, kemudian lutut,  lalu ada kesibukan lain, selanjutnya ya  penyakit M (males) latihan. Tapi ketika melihat info tentang BoMar yang melintas di linimasa, bergolak lah keinginan dan semangat untuk ikut. Apalagi ndoro bojo juga berminat. Tumben ya, biasanya saya yang minat dulu, baru kemudian saya bujuk bujuk dia untuk menemani.   Continue reading “Road to BoMar 2019 (1)”